Wednesday, December 12, 2007

Donor Darah - Persiapannya sejak awal Januari 2008

Tahun 2008 akan di awali dengan rencana kegiatan yang belum pernah di laksanakan oleh ibu-ibu PKK RW 05 Pinang Griya Permai. Aku sudah menghubungi pihak PMI Tangerang, minta informasi dan jadwal kira-kira kapan warga Pinang Griya Permai bisa mengadakan kegiatan sosial "Donor Darah". Pada kesempatan pertemuan terakhir dengan ibu-ibu awal Desember lalu, aku sudah sedikit mengulas mengenai rencana kegiatan tersebut dan tidak disangka mendapat sambutan yang cukup antusias. Untuk itu aku berencana untuk melakukan kegiatan tersebut di bulan Januari 2008. Itung-itung membuka lembaran baru di awal tahun dengan berbuat amal .... tidak bisa membantu dengan materi, setetes darahpun penuh arti bagi sesama. Karena darah anda bisa menyelamatkan jiwa manusia. Mungkin kira-kira itu slogan yang akan kita buat dalam spanduk nanti ....

Adapun Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah :

- umur 17 - 60 tahun- Berat badan minimum 45 kg
- Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
- Tekanan darah baik ,yaitu:Sistole = 110 - 160 mm HgDiastole = 70 - 100 mm Hg
- Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
- HemoglobinWanita minimal = 12 gr % Pria minimal = 12,5 gr %
- Menyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

Yang tidak diperkenankan menjadi Donor adalah :
- Penderita Sakit Kuning/penderita hepatitis/Sifilis
- 6 bulan sesudah transfusi/6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga
- 72 jam sesudah operasi gigi
- 6 bulan sesudah operasi kecil
- 12 bulan sesudah operasi besar
- 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis
- 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
- 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
- 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
- 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
- Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan/Sedang menyusui
- Ketergantungan obat.
- Alkoholisme akut dan kronik.
- Menderita tuberkulosa secara klinis.
- Menderita epilepsi dan sering kejang.
- Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
- Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
- Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
- Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

Mudah2an berjalan dengan lancar ya .....


Thursday, June 07, 2007

Wisata Rohani ke Mesjid Dian Al Mahri Depok (2)

Sepulang dari Wisata Rohani ke Mesjid Dian Al Mahri perjalanan di lanjutkan ke Kota Wisata Cibubur. Walau rada capek dan penat ... seru juga ketemu dengan ibu-ibu sekompleks.

Apalagi setelah ada permainan dan doorprize .... lihat dech photo-photonya, di bawah ini.

Photo kiri bisa dilihat ibu-ibu yang sedang lesehan, beristirahat, sambil menikmati acara permainan dan tanya jawab. Permainan dan tanya jawab seputar kunjungan wisata rohani kita ke Mesjid Dian Al Mahri. Bisa dilihat ibu Anissa Makmun (berbaju orange) sedang memandu acara permainan dan tanya jawab. Di photo kanan nampak ibu-ibu antusias menjawab..... rame buanget dech ...!

Sementara ibu-ibu disini sedang asyik dengan permainan, tanya dan doorprize. Ada juga sebagian ibu-ibu yang asyik shopping ... beli oleh-oleh atau sekedar cuci mata saja. Lumayan juga lho .... ada yang beli payung atau cinderamata lainnya.
Yang pasti, silaturahmi seperti ini harus terus terjaga. Sukses terus ....

Wednesday, June 06, 2007

Wisata Rohani ke Mesjid Dian Al Mahri Depok (1)

Setelah banjir berlalu beberapa bulan lalu. Bulan Mei lalu (tepatnya tanggal 8 Mei 2007) PKK RW 05 yang dikomandani oleh ibu Wiwiek B Suharto yang menjadi sekretaris di Majelis Taklim Roudhatul Jannah mengadakan Wisata Rohani ke Mesjid Dian Al Mahri. Mesjid yang kubahnya berlapis emas memang cukup memukau.

Senang sekali sewaktu mbak Wiwiek sms aku mengenai rencana ini, yang ternyata juga mengikutsertakan PKK RW 06 untuk gabung dalam kegiatan ini. Memang tidak banyak warga RW 06 yang aku kenal, tapi beberapa tokoh lama mungkin aku kenal. Karena ternyata pesertanya 3 bus maka kami memang tidak bisa saling ngobrol ... tapi yang pasti ini pengalaman baru juga untuk aku. Berkenalan dengan beberapa peserta yang sebenarnya aku kenal bapaknya, eh .. baru kenal ibunya di bus ... seru kan. Yang pasti aku kenal dari warga RW 06 adalah, ibu Makmun Umar, Ibu Nadran, Ibu Maryono, Ibu Eddy Rosadi dan masih banyak lagi.

Lihat photo disebelah kiri ini. Ini photo tampak luar Mesjid Dian Al Mahri yang menjadi kebanggaan kota Depok dan sekitarnya. Yang pastinya menjadi Mesjid kebanggaan kaum muslimin dan muslimat setanah air. Memang nampak cantik ya ...

Di photo lain bisa dilihat bagian dalam mesjid yang menakjubkan dan bikin mulut berdecak kagum. Kok ada yang orang kaya di Indonesia ini yang sampe bisa buat mesjid berkubah emas, sementara yang hidup tanpa tempat tinggalpun banyak ... Tapi, itulah .. Dunia, khususnya Indonesia. Dan selanjutnya adalah photo diri yang sengaja aku buat saat menjelang sholat dzuhur bersama .. yang amat sangat full ... and berdesak-desakan .... Disamping saya duduk berdampingan Ibu Joko Ruminto dan Ibu Janueddy. Sayangnya aku tidak bisa photo bertiga ... karena gak enak dengan ibu-ibu lain yang khusyu sholat dan terngaga menatap bangunan mesjid ini. Memang membanggakan ....

Thursday, April 05, 2007

Banjir membuka lembaran selanjutnya (3)

Setelah berbenah hampir lebih sebulan lamanya, baru para warga menempati kembali rumah masing-masing. Ada yang mengungsi ke rumah teman, keluarga atau bahkan rela mengontrak rumah dekat-dekat lokasi Pinang Griya untuk dapat terus memantau keadaan rumah masing-masing. Keadaan ini menjadikan rasa persaudaraan semakin erat, rasa saling peduli, saling "tau" satu dengan lainnya semakin terasa pula. Tanpa di sadari, perasaan pro dan kontra, suka tidak suka dan positif negatifnya seseorang bisa kita rasakan.

Yang pasti aku (pribadi) sudah agak enggan tinggal di Pinang Griya Permai ini. Perumahan yang 20 tahun silam menjadi rumah idaman orang tuaku dimana nenekku yang memilihkan lokasi rumah itu dengan melihat dimana matahari terbit dan terbenam. Sekarang kalaupun aku terpaksa harus kembali ke sana terlebih karena nilai sejarahnya saja (mengenang ayahku dan nenekku). Bukan karena lokasi atau fasilitas or whatever it is.

Karena sejujurnya selama 20 itu pula berbagai koleksi dan benda-benda pribadi yang aku cintai hilang pergi bersama banjir .......

Banjir membuka lembaran selanjutnya (2)



Banjir....., dikala musibah ini melanda, tentunya para ibu menjadi super sibuk. Berbenah, menyelamatkan barang-barang milik keluarga. Disamping kesibukan membenahi keluarganya para ibupun rela menyumbangkan waktu dan tenaganya untuk membantu menerima dan membagikan sumbangan dari para donatur dan relawan tanpa mengenal lelah dan waktu.

Mungkin pepatah senasib dan sepenanggungan bisa dijadikan kalimat yang paling tepat saat itu.
Saat sama-sama mendapatkan musibah, saat sama-sama menikmati syukur dan nikmat atas apa yang kita dapatkan.

Banjir membuka lembaran selanjutnya (1)



Banjir, rasanya kata itu akan selalu ada di hati dan pikiran seluruh warga perumahan Pinang Griya Permai. Kata itu menjadi identik dengan Ciledug dan Pinang Griya Permai.

Setelah 2 kali terendam dalam kurun waktu 10 tahun ini. Rasanya tidak salah kalo perasaan untuk meninggalkan perumahan ini selalu ada dalam pikiran aku. Rasa bersalah karena benda-benda koleksi aku, anak-anakku dan suamiku hilang setiap 5 tahun sekali juga menjadikan rasa sedih dan kecewa, walau tidak berkepanjangan.

Perasaan ini pasti ada juga di hati seluruh warga, walaupun alhamdullillah berbagai sumbangan datang terus menerus, dari para donatur (pribadi dan perusahaan), ada Artha Graha Peduli, Indonesia Peduli, Indosiar Peduli dan lain-lain, relewan dari Tim Dokter Konstrad, Sampoerna Foundation, warga, pengurus RT/RW/PKK dan masih banyak lagi. Tapi bukan semata-mata itu kan yang kami harapkan. Pastinya warga ingin hidup tenang di hari-hari tuanya tanpa was-was akan bahaya banjir yang selalu rutin datang. Masalah tanggul selalu jadi prioritas utama, perbaikanpun secara rutin diperhatikan. Tapi, tanah di perumahan kami mungkin sudah tidak datar lagi, sudah seperti mangkuk dimana resapan air sudah semakin sulit.... alhasil, banjir lagi, banjir lagi ...

Thursday, March 29, 2007

Banjir membuka lembaran Tahun 2007

Lagi, setelah 5 tahun berlalu, perumahan tempat kami tinggal digenangi air. Banjir kali ini lebih hebat dari 5 tahun sebelumnya.

Hari Kamis, 1 Februari 2007 air mulai menggenangi kembali rumah kami. Memang rumah keluarga kami termasuk wilayah yang paling rendah di perumahan Pinang Griya Permai. Trauma banjir 5 tahun lalu sepertinya membekas juga di pikiranku. Hari itu aku masih menunggu berbuka puasa, sambil mengemasi barang-barang anak-anak. Yang ada dalam pikiran aku adalah mengungsi dan menyelamatkan buku anak-anak karena anak kami yang pertama dan ke dua akan menghadapi UAN tahun 2007.

Tidak terasa juga, air sudah sampai betis aku, sambil berbuka puasa aku masih tetap bertahan ingin menyelamatkan semua yang ada dirumah, tapi kenyataannya keadaan berkata lain. Banjir semakin hebat, bahkan sudah menenggelamkan rumah ibu ku di Kayu Gede. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung bersiap untuk menjemput mama, membawa anak-anak dan perlengkapannya ke pengungsian.

Malam itu sudah jam 20:30 ketika aku meninggalkan rumah menuju rumah mama. Di perjalanan aku sempat sms beberapa ibu-ibu PKK RT untuk selalu siaga dengan keadaan yang mungkin akan datang. Sambil tetap berdoa semoga keadaan tidak seburuk 5 tahun lalu, aku terus menenangkan hati...
Setiap beberapa jam aku selalu mencari tahu keadaan dengan mengontak orang yang menjaga rumah kami, dan hasil akhirnya adalah Perumahan kami terendam setinggi daun pintu rumah selama 1 minggu. Dan banjir kali ini lebih dahsyat dari 5 tahun sebelumnya.

Lemas rasanya. Tapi semua memang harus dihadapi dengan kepala dingin, kesabaran dan penuh ikhlas. Akhirnya Alhamdullilah semua dapat dikendalikan dengan keadaan terburuk sekalipun. Dengan segala kelebihan dan kekurangan teman-teman PKK dan RW 5 khususnya semua dapat dilalui tanpa korban jiwa. Walaupun sampai aku menulis ini masih ada warga yang merasa apa yang telah kami lakukan masih belum memuaskan. Manuasia ... manusia, memang tidak pernah puas.